MUKERNAS V
Bubarnya Negara RIS dan
kembalinya NKRI memunculkan dua golongan yang saling bertentangan. Untuk
menyatukan organisasi PGRI kembali, perlu diadakan musyawarah besar atau
kongres. Kongres ini juga memerintahkan agar Pengurus Besar (PB) PGRI
menghilangkan perbedaan gaji antara golongan “Non-“ (pro-Republik) dan “Ko-”
(yang bekerjasama dengan belanda) yang telah ditetapkan oleh peraturan
pemerintah.
1.1.Kongres V PGRI di Bandung
Kongres V PGRI diadakan
10 bulan setelah Kongres IV di Yogyakarta. Kongres V diadakan di Bandung yaitu
di Hotel Savoy Homann yang dibuka oleh Ketua PB PGRI, Rh. Koesnan. Kongres ini
juga dihadiri oleh perwakilan luar negeri yang ada di Jakarta. Pada kongres V,
Soedjono terpilih sebagai Ketua Umum dan Sekertaris Jendralnya adalah Muhammad
Hidayat.
Untuk menyelesaikan
masalah ini Kongres PGRI di Bandung memerintahkan kepada Pengurus Besar PGRI
terpilih dalam Kongres V untuk :
1.
Melaksanakan
penyesuaian golongan gaji pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah yang telah
ditetapkan.
2.
Menyelesaikan
pelaksanaan upaya pemberian penghargaan kepada golongan “Non”- dalam bentuk
pembayaran pemulihan.
3.
Mendesak pemerintah
agar segera menyusun peraturan gaji baru.
4.
Mendudukan wakil PGRI
dalam Panitia Penyusunan Peraturan Gaji Baru, baik secara langsung maupn
melalui Vaksentral.
1.2.Konsolidasi Organisasi dan Hasil Pencapaian
Menjelang Kongres V
dilaksanakan, jumlah cabang PGRI ada 301 dengan jumlah anggota 39.000 orang.
Upaya-upaya konsolidasi yang dilakukan oleh PB PGRI Kongres V menghasilkan
diantaranya sebagai berikut :
1.
47 cabang PGRI di
Sulawesi dan Kalimantan masuk kedalam PGRI.
2.
2.500 guru yang digaji
menurut ketentuan Swapraja/Swatantra akhirnya digaji secara sama dari pusat.
3.
Pada bulan April 1951
tuntutan PGRI kepada pemerintah tentang kenaikan guru Honorium guru dikabulkan.
a.
Lahirnya
Organisasi yang Berdasarkan Ideologi, Agama, dan Kekaryaan
Politik
devide et impera yang diciptakan oleh penjajah Belanda bertujuan untuk memecah
belah bangsa Indonesia. Dengan sengaja dan terencana pemerintah Belanda
membakar dan memperuncing sentimen rasa kedaerahan, agama, keturunan,
Adat-istiadat, lingkungan kerja, dan sebagainya. Pengaruh politik devide et impera itu sangat terasa dalam
memasyarakatkan dan banyak yang terpengaruh. Di dalam tubuh PGRI pun mulai
nampal gejala-gejala tersebut.
PGRI menanggapi
gejala-gejala ini dengan penuh kebijakan, jiwa besar, dan mempelajari
penyebabnya. Usaha yang dilakukan PGRI dalam upaya mengatasinya adalah :
1.
PB PGRI lebih
meningkatkan konsolidasi organisaisi sampai ke daerah/cabang.
2.
Membangkitakn kembali
rasa persatuan dan kesatuan, jiwa semangat juang 45, melalui berbagai kegiatan.
3.
Menjelaskan hasil-hasil
perjuangan PGRI dan program-program yang akan dilaksanakan. Hasil yang telah
dicapai antara lain :
a. Keberhasilan
dalam menyelesaikan masalah PS/PSK yang berhasil mengecilkan wilayah PS/PSk
menerima uang jalan tetap dan kedudukannya dalam PGP baru yang lebih baik.
b. Pengurangan
maksimum jam mengajar dalam seminggu, dan perbaikan honorarium.
c. Perbaikan
nasib rekan-rekan guru yang berijazah CVO/DVO.
Kongres V merupakan
kongres persatuan, karena untuk pertama kalinya cabang-cabang yang belum pernah
hadir sebelumnya datang pada kongres ini. Hasil kongres V adalah :
1.
Menegaskan kembali
pancasila sebagai asas organisasi.
2.
Memerintahkan PB PGRI
menghilangkan perbedaan gaji antara golongan yang pro dan kontra Pemerintah.
3.
Melakukan konsolidasi
organisasi dengan membentuk pengurus komisaris-komisaris daerah.
4.
PGRI menjadi anggota
Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI).
No comments:
Post a Comment