SEJARAH PGRI
Dengan perkembangan jaman dan pola fikir masyarakat,
terjadilah pergeseran anggapan tentang guru, berkaitan dengan perkembangan
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Profesi guru bukanlah merupakan pilihan
utama dan bergengsi, bahkan status profesi guru lebih rendah dibandingkan
dengan profesi lain seperti dokter, hakim, teknisi, dan bahkan buruh sekalipun.
Profesi guru semakin terpuruk, khususnya guru Sekolah Dasar (SD) yang terkesan
“terbelakang” kesejahteraannya. Padahal keprofesian guru menuntut kecakapan dan
usaha intelektual yang tinggi, serta pendidikan formal yang cukup tinggi.Selain
itu, Guru juga mempunyai peranan penting di dalam memperjuangkan dan merebut
kemerdekaan. Namun tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut. Oleh sebab
itu, makalah ini di tulis untuk menjelaskan bagaimana pentingnya tokoh seorang
guru dan seberapa besarnya peranan guru di dalam berjuang melawan penjajah.
PENDIDIKAN PADA MASA PENJAJAHAN
1.
Keadaan Pendidikan di Indonesia pada Masa Penjajahan Belanda
Keadaan
pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sangat memprihatinkan baik
dari segi pendidikan, guru, dan sekolahnya.
2.
Pendidkan dan Sekolah
Pada jaman Protugis dan spanyol mulai
didirikan sekolah-sekolah model baru, berlainan dengan sekolah-sekolah
pesantren. Di sekolah ini tidak hanya diajarkan tentang agama namun juga
diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah-sekolah ini hanya berada di
kepulauan Maluku sampai kedatangan VOC di Indonesia. VOC berkuasa di Indonesia
pada tahun 1600-1800. VOC ini juga mengadakan sekolah-sekolah di daerah
kekuasaan mereka seperti kepulauan Maluku, di beberapa pulau di kepulauan Sunda
Kecil (Nusa Tenggara), di Batavia (Jakarta), dan di Semarang.
Sekolah-sekolah
yang didirikan oleh pemerintah Belanda semakin bertambah jumlahnya dan
berjenis-jenis. Hal ini memang disengaja oleh pemerintah Belanda dalam rangka
melaksanakan politik devide et empera dalam bidang pendidikan di
Indonesia.Sampai dengan tahun 1937 sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan
Belanda adalah :
1.
Sekolah Desa
2.
Sekolah Kelas Dua
3. Schakelschool atau Sekolah Penghubung
4. Hollands Inlandse School (HIS)
3.
Nasib Guru pada Masa Hindia Belanda
Kekuasaan
Belanda yang berlangsung tiga setengah abad jatuh dalam waktu yang sangat.
Melihat persiapan tentara Belanda, terutama mengenai mareriil baik alat-alat
senjata maupun persediaan makanan dan pakaian, sangat mengherankan. hal ini
terjadi Salah satu sebab ialah tidak nampaknya semangat peperangan pada para
prajurit dan perwira tentara Hindi Belanda. Sebab lain adalah kesalahan Hindia
Belanda di dalam menjalankan politiknya di Indonesia.
Politik kolonial Hindia Belanda itu sangat
dipuja oleh luar negeri. Susunan organisasi Pemerintah di Hindia Belanda diadakan
sedemikian rapi, sehingga tidak ada kejadian yang tidak segera diketahui oleh
pusat. Modal asing yang ditanam di sini dijamin. Sehingga dengan leluasa orang
asing menggali keuntungan dari alam Indonesia. Dan tidak boleh dilupakan,
rakyat Indonesia sendiri pada waktu itu nampak tertib, sehingga melahirkan
ucapan bahwa bangsa Indonesia adalah “bangsa yang paling lemah lembut di
dunia”-“hetzachtste volk der aarde”. Politik memecah belah dilakukan sedemikian
halusnya, sehingga tidak dirasakan oleh yang berkepentingan. Dimana-mana perbedaan
mencolok sekali
4. Perjuangan Guru Pada masa Penjajahan Belanda
Penjajahan
Belanda selama tiga setengah abad mengakibatkan penderitaan lahir maupun batin
bagi bangsa Indonesia. Semenjak penjajah menginjakkan kakinya dan mencekamkan
kuku penjajahnya di bumi tanah air kita ini, timbulah gejolak perjuangan bangsa
kita menentang panjajah. Mulai dari perjuangan fisik berkuah darah yang
dilakukan oleh bangsa kita di bawah pimpinan : Teuku Oemar, Imam Bonjol,
Pangeran Diponegoro, Pattimura, dan lain-lain, sampai pada zaman perjuangan
politik pada awal abad ke-20.
Nama-nama
Kartini, Dr. Sutomo, Raden Ngabehi Husodo, Ciptomangunkusumo, dan sederetan
nama lain lagi, merupakan pecetus perjuangan melalui ideologi pendidikan untuk
memperjuangkan nasib bangsa kita yang sangat sengsara di tapak kaum penjajah.
Lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 merupakan obor perjuangan dikalangan kaum
terpelajar dan kaum priyayi yang secara sadar merasa terpanggil oleh jeritan
nasib bangsanya yang menyedihkan.
5. Keadaan Pendidikan pada Masa Penjajahan
Jepang
Dalam
bulan Februari 1942 tentara Jepang menduduki Indonesia. Pertahanan sekutu yang
bernama ABCD front di Asia Timur, berantakan tak berdaya menghadapi bala
tentara Dai Nippon. Pemerintahan tentara pendudukan Jepang melarang pengunaan
bahasa Belanda dan Ingrris. Diperintahkannya agar disampaing bahasa resmi di
sekolah-sekolah dan bahasa Jepang dipelajari dan diajarkan juga.
Lagu
Indonesia Raya diperbolehkan disamping lagu Kimigayo. Akan tetapi semua
perkumpulan atau perserikatan dilarang. Jadi PGI pun tak berdaya. Kebudayaan
Indonesia dihormati mereka karena Jepang menganggap dirinya saudara tua
pemimpin Asia. Sejak itu sekolah-sekolah diberi nama Indonesia dan Jepang.
Sekolah Dasar diberi nama “Syo Gakko”, sekolah Menengah “Cu Gakko”, dan Sekolah
Tinggi “Dai Gakko”.
Bulan
September 1942 Pemerintahan Jepang mulai membuka Sekolah Menengah Pertama dan
Atas, termasuk sekolah-sekolah kejuruan termasuk seperti “Sihan Gakko” (Sekolah
Guru), “Kasei Jo Gakko” (Sekolah Kepandaian Putri) dan lain-lain.
Guru-guru
Indonesia dengan semangat kebangsaan masih tetap bekerja di bawah pemerintahan
Belanda. Di Ibu Kota Indonesia Jakarta, Amin Singgih mendirikan perserikatan
dengan nama “GURU” bersama kawan-kawannya untuk memberikan teladan nyata bahwa
guru-guru Indonesia itu tetap memupuk rasa kesatuan Nasional. Peristiwa ini
terjadi dalam tahun 1943. Dalam tahun 1943 juga Sdr. Gustam Effendy, Adnam dan
Hamid mendirikan perkumpulan kesenian yang bernama “kesta” (Kesenian kita).
Wadah ini banyak mengumpulkan uang menyokong Pemerintah militer Jepang. Akan
tetapi pada awal revolusi Indonesia dalam bulan Agustus sampai dengan Desember
1945 banyaklah “kesta”ini mengumpulkan uang yang disumbangkan kepada Fonds
Kemerdekaan Indonesia di kota Palembang. Pemuda-pemuda Indonesia pada waktu
revolusi kemerdekaan 1945 itu membentuk “BKR” dan pelbagi sejenis organisasi
perjuangan untuk mempertahankan kemerdakaan RI. Adapun BKR itu ialah singkatan
dari Badan Keamanan Rakyat yang menjadi pokok pangkal “Tentara Nasional
Indonesia” (TNI).
6. Perjuangan Guru pada Masa Penjajahan Jepang
Jepang
mulai menguasai dan menjajah Indonesia sejak belanda menyerah tanpa syarat
kepada Jepang di Kalijati (Bandung) tanggal 8 Maret 1942. Sejak saat itulah
penjajahan bangsa Belanda terhadap bangsa Indonesia berakhir untuk
selama-lamanya. Lepas dari bangsa Belanda, Indonesia jatuh ke tanggan
Jepang selama tiga setengah tahun (Maret
1942 – Agustus 1945) Indonesia dijajah Jepang.
Bagi
Jepang, guru dipandang sebagai orang yang sangat dihormati. Sang guru mendapat
kehormatan dengan julukan Sensei, yang mempunyai kedudukan sosial yang sangat
dihormati. Begitu pula oleh murid-muridnya di sekolah yang berbeda dengan
sekarang (kurang penghargaan). Jepang mungkin sangat berterima kasih kepada guru
yang telah berjuang mempropaganda misinya pada masyarakat luas, khususnya pada
siswa. siswa sendiri begitu tundu, sopan, hormat dan segan pada guru sehingga
kedudukan guru pada waktu itu terpandang secara jabatan ketimbang moral.
Pada masa penjajahan baik penjajahan Belanda
maupun penjajahan Jepang, guru mendapatkan penghargaan dan dihormati. Pada masa
panjajahan Jepang, guru dianggap sebagai panutan untuk masyarakat, pemimpin
masyarakat, dipanggil ndoro guru dengan status ekonomi yang cukup tinggi. Namun
dibalik penghargaan yang di dapat para guru tersebut, mereka juga mengalami
penderitaan yang sangat mendalam. Para guru juga merasakan bagaimana sulitnya
memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan kemerdekaan Indonesia.
Perjuamgan
guru yang sangat besar pada masa penjajahan sekarang sudah tidak ada artinya
lagi. Guru pada jaman sekarang sudah tidak mendapatkan penghormatan oleh
masyarakat. Jangankan guru, para pejuang kita yang masih hidup pun sekarang
tidak mendapatkan kesejahteraan di masa tuanya. Bahkan banyak sekali mantan
pejuang kita yang hidupnya memprihatinkan, termasuk para guru yang tidak lagi
mendapat kedudukan tertinggi di kalangan masyarakat. Padahal para guru juga
ikut memperjuangkan kemerdekaan yang kita rasakan saat ini.
No comments:
Post a Comment