Wednesday, August 16, 2017

SEJARAH PGRI 1

SEJARAH PGRI

Dengan perkembangan jaman dan pola fikir masyarakat, terjadilah pergeseran anggapan tentang guru, berkaitan dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Profesi guru bukanlah merupakan pilihan utama dan bergengsi, bahkan status profesi guru lebih rendah dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter, hakim, teknisi, dan bahkan buruh sekalipun. Profesi guru semakin terpuruk, khususnya guru Sekolah Dasar (SD) yang terkesan “terbelakang” kesejahteraannya. Padahal keprofesian guru menuntut kecakapan dan usaha intelektual yang tinggi, serta pendidikan formal yang cukup tinggi.Selain itu, Guru juga mempunyai peranan penting di dalam memperjuangkan dan merebut kemerdekaan. Namun tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut. Oleh sebab itu, makalah ini di tulis untuk menjelaskan bagaimana pentingnya tokoh seorang guru dan seberapa besarnya peranan guru di dalam berjuang melawan penjajah.

PENDIDIKAN PADA MASA PENJAJAHAN

1.    Keadaan Pendidikan di Indonesia pada Masa Penjajahan Belanda
Keadaan pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sangat memprihatinkan baik dari segi pendidikan, guru, dan sekolahnya.
2.    Pendidkan dan Sekolah
Pada jaman Protugis dan spanyol mulai didirikan sekolah-sekolah model baru, berlainan dengan sekolah-sekolah pesantren. Di sekolah ini tidak hanya diajarkan tentang agama namun juga diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah-sekolah ini hanya berada di kepulauan Maluku sampai kedatangan VOC di Indonesia. VOC berkuasa di Indonesia pada tahun 1600-1800. VOC ini juga mengadakan sekolah-sekolah di daerah kekuasaan mereka seperti kepulauan Maluku, di beberapa pulau di kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), di Batavia (Jakarta), dan di Semarang.

       Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda semakin bertambah jumlahnya dan berjenis-jenis. Hal ini memang disengaja oleh pemerintah Belanda dalam rangka melaksanakan politik devide et empera dalam bidang pendidikan di Indonesia.Sampai dengan tahun 1937 sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan Belanda adalah :
1.      Sekolah Desa
2.      Sekolah Kelas Dua
3.      Schakelschool atau Sekolah Penghubung
4.      Hollands Inlandse School (HIS)

3.    Nasib Guru pada Masa Hindia Belanda
          Kekuasaan Belanda yang berlangsung tiga setengah abad jatuh dalam waktu yang sangat. Melihat persiapan tentara Belanda, terutama mengenai mareriil baik alat-alat senjata maupun persediaan makanan dan pakaian, sangat mengherankan. hal ini terjadi Salah satu sebab ialah tidak nampaknya semangat peperangan pada para prajurit dan perwira tentara Hindi Belanda. Sebab lain adalah kesalahan Hindia Belanda di dalam menjalankan politiknya di Indonesia.
         Politik kolonial Hindia Belanda itu sangat dipuja oleh luar negeri. Susunan organisasi      Pemerintah di Hindia Belanda diadakan sedemikian rapi, sehingga tidak ada kejadian yang tidak segera diketahui oleh pusat. Modal asing yang ditanam di sini dijamin. Sehingga dengan leluasa orang asing menggali keuntungan dari alam Indonesia. Dan tidak boleh dilupakan, rakyat Indonesia sendiri pada waktu itu nampak tertib, sehingga melahirkan ucapan bahwa bangsa Indonesia adalah “bangsa yang paling lemah lembut di dunia”-“hetzachtste volk der aarde”. Politik memecah belah dilakukan sedemikian halusnya, sehingga tidak dirasakan oleh yang berkepentingan. Dimana-mana perbedaan mencolok sekali

4.    Perjuangan Guru Pada masa Penjajahan Belanda
          Penjajahan Belanda selama tiga setengah abad mengakibatkan penderitaan lahir maupun batin bagi bangsa Indonesia. Semenjak penjajah menginjakkan kakinya dan mencekamkan kuku penjajahnya di bumi tanah air kita ini, timbulah gejolak perjuangan bangsa kita menentang panjajah. Mulai dari perjuangan fisik berkuah darah yang dilakukan oleh bangsa kita di bawah pimpinan : Teuku Oemar, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Pattimura, dan lain-lain, sampai pada zaman perjuangan politik pada awal abad ke-20.
          Nama-nama Kartini, Dr. Sutomo, Raden Ngabehi Husodo, Ciptomangunkusumo, dan sederetan nama lain lagi, merupakan pecetus perjuangan melalui ideologi pendidikan untuk memperjuangkan nasib bangsa kita yang sangat sengsara di tapak kaum penjajah. Lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 merupakan obor perjuangan dikalangan kaum terpelajar dan kaum priyayi yang secara sadar merasa terpanggil oleh jeritan nasib bangsanya yang menyedihkan.

5.      Keadaan Pendidikan pada Masa Penjajahan Jepang
        Dalam bulan Februari 1942 tentara Jepang menduduki Indonesia. Pertahanan sekutu yang bernama ABCD front di Asia Timur, berantakan tak berdaya menghadapi bala tentara Dai Nippon. Pemerintahan tentara pendudukan Jepang melarang pengunaan bahasa Belanda dan Ingrris. Diperintahkannya agar disampaing bahasa resmi di sekolah-sekolah dan bahasa Jepang dipelajari dan diajarkan juga.
        Lagu Indonesia Raya diperbolehkan disamping lagu Kimigayo. Akan tetapi semua perkumpulan atau perserikatan dilarang. Jadi PGI pun tak berdaya. Kebudayaan Indonesia dihormati mereka karena Jepang menganggap dirinya saudara tua pemimpin Asia. Sejak itu sekolah-sekolah diberi nama Indonesia dan Jepang. Sekolah Dasar diberi nama “Syo Gakko”, sekolah Menengah “Cu Gakko”, dan Sekolah Tinggi “Dai Gakko”.
        Bulan September 1942 Pemerintahan Jepang mulai membuka Sekolah Menengah Pertama dan Atas, termasuk sekolah-sekolah kejuruan termasuk seperti “Sihan Gakko” (Sekolah Guru), “Kasei Jo Gakko” (Sekolah Kepandaian Putri) dan lain-lain.
        Guru-guru Indonesia dengan semangat kebangsaan masih tetap bekerja di bawah pemerintahan Belanda. Di Ibu Kota Indonesia Jakarta, Amin Singgih mendirikan perserikatan dengan nama “GURU” bersama kawan-kawannya untuk memberikan teladan nyata bahwa guru-guru Indonesia itu tetap memupuk rasa kesatuan Nasional. Peristiwa ini terjadi dalam tahun 1943. Dalam tahun 1943 juga Sdr. Gustam Effendy, Adnam dan Hamid mendirikan perkumpulan kesenian yang bernama “kesta” (Kesenian kita). Wadah ini banyak mengumpulkan uang menyokong Pemerintah militer Jepang. Akan tetapi pada awal revolusi Indonesia dalam bulan Agustus sampai dengan Desember 1945 banyaklah “kesta”ini mengumpulkan uang yang disumbangkan kepada Fonds Kemerdekaan Indonesia di kota Palembang. Pemuda-pemuda Indonesia pada waktu revolusi kemerdekaan 1945 itu membentuk “BKR” dan pelbagi sejenis organisasi perjuangan untuk mempertahankan kemerdakaan RI. Adapun BKR itu ialah singkatan dari Badan Keamanan Rakyat yang menjadi pokok pangkal “Tentara Nasional Indonesia” (TNI).

6.      Perjuangan Guru pada Masa Penjajahan Jepang
        Jepang mulai menguasai dan menjajah Indonesia sejak belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati (Bandung) tanggal 8 Maret 1942. Sejak saat itulah penjajahan bangsa Belanda terhadap bangsa Indonesia berakhir untuk selama-lamanya. Lepas dari bangsa Belanda, Indonesia jatuh ke tanggan Jepang  selama tiga setengah tahun (Maret 1942 – Agustus 1945) Indonesia dijajah Jepang.
        Bagi Jepang, guru dipandang sebagai orang yang sangat dihormati. Sang guru mendapat kehormatan dengan julukan Sensei, yang mempunyai kedudukan sosial yang sangat dihormati. Begitu pula oleh murid-muridnya di sekolah yang berbeda dengan sekarang (kurang penghargaan). Jepang mungkin sangat berterima kasih kepada guru yang telah berjuang mempropaganda misinya pada masyarakat luas, khususnya pada siswa. siswa sendiri begitu tundu, sopan, hormat dan segan pada guru sehingga kedudukan guru pada waktu itu terpandang secara jabatan ketimbang moral.

Pada masa penjajahan baik penjajahan Belanda maupun penjajahan Jepang, guru mendapatkan penghargaan dan dihormati. Pada masa panjajahan Jepang, guru dianggap sebagai panutan untuk masyarakat, pemimpin masyarakat, dipanggil ndoro guru dengan status ekonomi yang cukup tinggi. Namun dibalik penghargaan yang di dapat para guru tersebut, mereka juga mengalami penderitaan yang sangat mendalam. Para guru juga merasakan bagaimana sulitnya memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan kemerdekaan Indonesia.
        Perjuamgan guru yang sangat besar pada masa penjajahan sekarang sudah tidak ada artinya lagi. Guru pada jaman sekarang sudah tidak mendapatkan penghormatan oleh masyarakat. Jangankan guru, para pejuang kita yang masih hidup pun sekarang tidak mendapatkan kesejahteraan di masa tuanya. Bahkan banyak sekali mantan pejuang kita yang hidupnya memprihatinkan, termasuk para guru yang tidak lagi mendapat kedudukan tertinggi di kalangan masyarakat. Padahal para guru juga ikut memperjuangkan kemerdekaan yang kita rasakan saat ini.









No comments:

Post a Comment